Teknik Penggunaan Air dengan Sistem Basah Kering

Pengairan Sistem Basah Kering terhadap dasarnya merupakan pengembangan dari langkah Intermitten (terputus-putus), dengan melengkapi alat bantu simple berbentuk paralon atau bambu yang dibenamkan kedalam tanah.Metode basah kering ini, dikembangkan oleh IRRI bekerjasama dengan Balai Besar Padi yangi terhadap dasarnya sesuaikan bantuan air cocok kebutuhan tanaman padi.

Ditinjau dari penerapan rancangan irit air, langkah PBK ini merupakan keliru satu tehnik penghematan didalam budidaya padi sawah yang enteng diterapkan lewat alternasi genangan air (flooded) dan non genangan air berdasarkan fase pertumbuhan tanaman.

 

1). Pembuatan Alat Ukur Ketinggian genangan Air

Bahan yang wajib disiapkan bisa berbentuk paralon berdiameter 4 “ (diameter 10 – 15 cm) dengan tidak tipis 2 mm atau bahan metal yang anti karat, namun lebih praktis enteng dan banyak tersedia, memakai paralon sebab enteng didalam pembuatan lubangnya.

 

Cara membuat

Potong paralon ( 4 “) selama 30 cm atau 40 cm dengan gergaji besi.
Separuh dari tabung ( 20 cm) dibikin lubang-lubang ukuran 5 mm dengan jarak antar lubang 2 cm selama 20 cm, sisa selama 20 cm, tidak wajib dilubangi.

Aplikasi di lapangan

Jumlah tabung per satuan luas

Jumlah tabung silinder yang diakui mewakili untuk luasan 0,25 ha terhadap tempat datar adalah 1 buah ( 4 buah per ha) dan jika lahannya punya kemiringan 5 %, memakai 2 alat untuk luas lahan yang samaberarti 8 buah per ha nya.

 

Cara Peletakan/Pemasangan

Tabung silinder dipasang terhadap jarak 50 – 75 cm dari pematang,dengan tahapan pemasangan adalah sebagai berikut :

a). Tekan Paralon secara vertical ke bawah

b). Gunakan Balok/papan serta Palu untuk memudahkan

c). Cek jarak dari permukaan tanah 15 cm ( Tabung 35 cm) atau 20 cm (tabung 40 cm)

d). Posisi Paralon sesudah tertanam

e). Keluarkan tanah dari didalam Paralon sampai kedalaman 20 cm

f). Cek kembali kerataan dengan waterpas

 

Cara Pengamatan

Pengamatan kondisi air dilaksanakan jadi tanam sampai 1 (satu) minggu sebelum akan tanaman berbunga.

Untuk mengetahui kondisi air di petak sawah maka dilaksanakan pengamatan terhadap alat dengan menyimak hal-hal sebagai berikut:

waktu pengamatan yakni terhadap pagi hari cukup 1 kali;
untuk mengamati pergantian tinggi air didalam selinder dibutuhkan mistar (30 cm) dan ajir bambu;
tempat pengukuran tidak boleh berubah posisi;
ajir bambu dimasukkan ke didalam silinder selanjutnya diangkat dan bagian yang basah diukur dengan mistar ;
dengan standar titik nol terhadap bagian atas silinder maka bisa dihitung besarnya pergantian air tiap hari didalam satuan sentimeter;
apabila posisi air di atas permukaan tanah maka pengukuran miliki nilai positif dan miliki nilai negatif misalnya air berada di bawah permukaan tanah;
waktu bantuan air dilaksanakan sesudah air didalam selinder turun sampai 15 cm dari permukaan tanah ;
Apabila berjalan hujan dan memicu tinggi air didalam selinder lebih dari 5 cm maka dilaksanakan pembuangan air.
Yang wajib diperhatikan didalam pengelolaan air di lahan sawah adalah sebagai berikut :

Saat tanam sampai usia tanaman 7 hari tanah cukup digenangi air 1 – 2 cm, lantas dari 7 hari HST sampai usia tanaman 60 hari dilaksanakan pemerian air atau drainase permukaan ( lebih-lebih musim hujan) yakni mengikuti pembacaan tinggi permukaan air didalam selinder paralon.

Pemberian air dilaksanakan misalnya air didalam selinder turun menggapai 15 cm dari permukaan tanah (batas aman tehnik alternasi genangan – non genangan air) dengan menggunakan water meter 2 inchi. Drainase permukaan dilaksanakan misalnya permukaan air didalam selinder lebih dari 5 cm, di atas permukaan tanah.

Selama periode 60-75 HST (priode kronis air tanaman) tanah digenangi 2-5 cm (tanaman tidak boleh mengalami cekaman kekurangan air terhadap fase tersebut, sebab bisa mengurangi mengolah 35 persen – 40 persen bergantung type varietas dan intensitas cekaman.

Selama periode 75 HST – 10 hari menjelang panen, langkah bantuan air kembali seperti awal mulanya yakni mengikuti pembacaan air didalam selinder.

Pada periode 10 hari menjelang panen, tanaman tidak wajib kembali diairi didalam selinder, sehingga tanah relative kering sehinga memudahkan didalam pemanenan dan sehingga kualitas hasil panen lebih tinggi.
Manfaat Pengairan dengan Sistem Basah Kering

Menghemat pemanfaatan air 15% sampai 30% di banding langkah konvensional yakni dengan penggenangan air secara kontinyu.

-Meningkatkan produktivitas air,
-Mengurangi populasi wereng coklat, nematoda di tempat perakaran,
-Mengurangi emisi gas metan
-Dapat melakukan perbaikan kualitas hasil gabah.
-Bersinergi dengan pemupukan. Serapan hara tinggi terhadap kondisi tanah basah-kering.
-Dapat menekan keracunan tanaman akibat akumulasi besi (Fe) didalam tanah
-Apabila dikombinasikan dengan pengendalian gulma memakai langkah manual (tangan gasrok/landak) dan pemupukan, maka pupuk bisa bercampur dengan tanah sehingga pemakaiannya lebih efisien
-Menghambat pertumbuhan hama (penggerek batang, wereng coklat, keong mas) dan penyakit (busuk batang, busuk pelepah daun) tanaman padi
-Tanaman padi lebih tahan rebah, persyaratan sistem perakaran yang lebih dalam.