Mengapa Mediasi Sebagai Bentuk Usaha Resolusi Konflik?

Ada bermacam metode untuk melaksanakan upaya resolusi konflik, keliru satunya adalah dengan mediasi. Mediasi merupakan keliru satu metode resolusi konflik yang ada didalam resolusi perselisihan alternatif. Dilansir dari buku Resolusi Konflik didalam Organisasi (2017) karya Djoys Anneke, mediasi adalah proses negosiasi yang difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral.

Pihak tersebut adalah mediator, yang menunjang sehingga ke dua belah pihak yang tengah berkonflik menggapai penyelesaian kasus yang memuaskan ke dua belah pihak. mediator kuliah timur tengah  adalah seseorang profesional yang sediakan jasa mediasi. Tugas mediator sekedar menunjang pihak-pihak yang tengah berkonflik sehingga mereka melalukan negosiasi sehingga menggapai kesepakatan pada ke dua belah pihak.

Sementara itu, obyek utama dilakukannya mediasi adalah untuk menggapai kesepakatan atau solusi mengenai konflik. Kesepakatan tersebut ditentukan oleh pihak-pihak yang terlibat didalam konflik itu sendiri. Metode mediasi umumnya dipilih sebab ke dua belah pihak yang berkonflik sudah tidak mempunyai kembali kekuatan untuk menyelesaikan konfliknya sendiri. Oleh sebab itu, ke dua belah pihak tersebut meminta dukungan mediator untuk menyelesaikan konflik mereka.

Kegiatan mediasi seringkali butuh proses yang panjang dan kesabaran. Adapun proses-proses mediasi sebagai berikut: Mengidentifikasi kebutuhan mediasi Pemetaan konflik Menyusun desain intervensi Melakukan dengar pendapat Mengembangkan iklim konflik yang kondusif Transformasi elemen konflik Merumuskan alternatif keputusan dengan Memilih keliru satu alternatif yang disepakati dengan Pihak-pihak yang terlibat konflik sepakat untuk memilih keliru satu alternatif yang direkomendasikan oleh mediator dan menandatangi keputusan bersama. Melaksanakan kesepakatan

Jenis-jenis mediator Dalam buku Konflik dan Manajemen Konflik (2010) karya Wirawan, dijelaskan bahwa ada tiga type mediator, yaitu: Mediator jaringan sosial Mediator jaringan sosial adalah individu yang diminta menjadi seorang mediator sebab membawa jalinan dengan para pihak yang terlibat konflik.

Individu tersebut merupakan bagian dari suatu jaringan sosial, seperti seorang teman, tetangga, kawan kerja, kolega bisnis, tokoh agama, dan sebagainya. Mediator otoritatif Mediator otoritatif adalah seseorang yang dipilih menjadi mediator sebab mempunyai jalinan otoritas dengan para pihak yang terlibat konflik.

Misalnya adalah atasan yang mempunyai kapasitas untuk pengaruhi mereka (pihak) yang terlibat konflik. Akan tetapi, mediator type ini tidak mempunyai hak untuk menyita keputusan. Mediator tersebut cuma menunjang mengembangkan alternatif dan penentuan alternatif paling baik yang akan diserahkan kepada ke dua belah pihak yang terlibat konflik.

Mediator berdiri sendiri Mediator berdiri sendiri adalah mediator profesional yang melaksanakan intervensi seara netral kepada pihak-pihak yang terlibat konflik. Mediator type ini, umumnya terdapat didalam budaya yang sudah mengembangkan rutinitas dukungan untuk menyelesaikan konflik dengan dukungan profesional.

Anggota budaya tersebut lebih menyukai dukungan dan nasihat dari orang luar yang diakui tidak mempunyai kepentingan selalu didalam proses intervensi dan solusi konflik. Mediator type ini, jelaslah tidak sama dengan mediator jaringan sosial dan mediator otoritatif. Mediator jaringan sosial dan mediator otoritatif seringkali mempunyai kepentingan khusus dengan pihak-pihak yang terlibat konflik. Sedangkan mediator berdiri sendiri tidak mempunyai kepentingan apapun, dengan kata lain netral. Ia murni menjalankan tugasnya sebagai mediator profesional.